PERAN PAPA DAN MAMA YANG BERBEDA
Amsal 22:6
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
Karena itu bagi kita yang masih muda, bukan sekedar soal usia, ingatkan diri kita untuk selalu ingat didikan Tuhan supaya kita tidak pernah menyimpang dari jalanNya.
Menjadi orang tua bukan sekedar menyediakan sandang, pangan, papan. Itu bukan didikan, itu artinya menyediakan. Menjadi orang tua berarti menyiapkan anak-anak Tuhan menjadi orang-orang yang dipakai Tuhan besar di masa depan mereka.
Bagaimana kita mendidik anak kecil akan menentukan masa tua mereka nanti. Didikan tidak hanya berasal dari orang tua secara jasmani, namun juga orang tua di sekitar mereka. Jadilah contoh bagi mereka. Jangan merokok di depan anak kecil, jangan mengucapkan kata-kata kotor di hadapan mereka, sebab mereka akan mencontoh apa yang mereka lihat dan dengar.
Jalan berbicara mengenai rancangan Allah secara spesifik. Sejak bayi berada dalam kandungan, Allah sudah menyiapkan jalan yang istimewa dan spesifik bagi hidup mereka masing-masing. Sekalipun di pandangan manusia mereka sama (misal jenis kelamin yang sama, saudara kembar, dan sebagainya), namun di pandangan Tuhan, setiap anak adalah istimewa.
Mazmur 139:14
Aku bersyukur kepada- Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar- benar menyadarinya.
Kejadianku dahsyat yang ajaib berarti Tuhan yang merencanakan dan Tuhan yang menghendaki. Sekalipun orang tua mungkin pernah berusaha mengugurkan, tetapi seorang anak akan tetap lahir karena Tuhan yang menghendaki.
Benih percaya diri seorang anak kecil selalu berasal dari papa dan mama. Anak kecil selalu punya hak untuk diinginkan dan diharapkan.
Tanggung jawab gereja adalah melatih orang tua supaya mereka dapat mendidik anak-anak mereka sesuai yang Tuhan kehendaki.
Menjadi orang tua tidak akan pernah pensiun, sebab kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok dengan anak kita, sekalipun si anak sudah berusia dewasa/juga menjadi tua.
Kejadian 26:34-35
Ketika Esau telah berumur empat puluh tahun, ia mengambil Yudit, anak Beeri orang Het, dan Basmat, anak Elon orang Het, menjadi isterinya.
Kedua perempuan itu menimbulkan kepedihan hati bagi Ishak dan bagi Ribka.
Sekalipun orang pilihan, menjadi orang tua harus disengaja, bukan karena urapan. Karena Esau tidak dekat dengan mama nya, Esau selalu gagal dalam hubungan. Bahkan mama nya pun membantu memberikan hak kesulungan Esau kepada Yakub, yang notabene lebih dekat dengan mama nya.
Papa dan mama memang diciptakan dengan peran yang berbeda. Mama selalu lebih ke arah sebuah hubungan/relasi sedangkan papa lebih ke arah prestasi.
Kejadian 25:31-34
Tetapi kata Yakub: ” Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu. ”
Sahut Esau: ” Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu? ”
Kata Yakub: ” Bersumpahlah dahulu kepadaku. ” Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya.
Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.
Kelebihan wanita/mama adalah mereka lebih bisa melihat keadaan dan melihat intuisi. Mama lebih peka terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya sehingga ia bisa memberikan saran kepada Yakub mengenai bagaimana mengambil hak kesulungan daripada Esau.
Kejadian 27:1-3
Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, dipanggilnyalah Esau, anak sulungnya, serta berkata kepadanya: ” Anakku. ” Sahut Esau: ” Ya, bapa. ”
Berkatalah Ishak: ” Lihat, aku sudah tua, aku tidak tahu bila hari kematianku.
Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang;
Seorang papa mendidik seorang anak agar berani mengambil resiko. Sedangkan seorang mama memastikan bahwa seorang anak tidak terluka. Kedua-duanya adalah penting. Oleh karena itu hargailah pasangan kita.
Lalu bagaimana jika seorang anak kehilangan seorang figur papa:
Kejadian 25:11
Lalu kata Yakub kepada Ribka, ibunya: ” Tetapi Esau, kakakku, adalah seorang yang berbulu badannya, sedang aku ini kulitku licin.
Jangan melihat konteksnya, lihat konteks karakter Yakub. Konteks memang salah sebab berbicara mengenai mengambil hak kesulungan. Anak tanpa figur papa selalu merasa dirinya kurang dan tidak bisa sebab tidak pernah mendapat pengakuan dari papa.
Jika seorang papa kita tidak pernah memuji kita, jangan salahkan dia. Sebab ada kemungkinan dia juga mendapat perlakuan yang sama dari papa nya. Manusia memerlukan pengakuan. Oleh karena itu jika kita tidak mendapat affirmasi dari Tuhan, percaya dengan iman bahwa kita bisa melakukannya. Sebagai papa perlu memuji dan juga mendidik anak.
Kejadian 27:12
Mungkin ayahku akan meraba aku; maka nanti ia akan menyangka bahwa aku mau memperolok- olokkan dia; dengan demikian aku akan mendatangkan kutuk atas diriku dan bukan berkat. “
Dampak kedua jika anak tidak bertumbuh dengan figur papa adalah anak tumbuh dengan rasa takut menghadapi resiko, tumbuh dengan rasa tidak percaya diri.
Dampak psikologi anak ketika seorang anak dilempar ke atas oleh papa nya adalah bahwa dunia ini perlu resiko. Dan ketika seorang papa menangkap anak, maka anak itu mendapat rasa aman.
KESIMPULAN:
- Jangan paksa pasangan Anda menjadi seperti Anda karena anak perlu kedua-duanya
- Jangan bertengkar di hadapan anak. Bernegosiasilah di belakang dan tentukan siapa yang kali ini menang/benar dan siapa yang mengalah. Jika salah satu pihak ingin menang terus, maka jadilah single parent. Jika ingin anak bertumbuh secara lengkap dengan figur papa dan mama, maka ada waktunya kedua pihak bisa saling mengerti dan mengalah pada waktunya.
- Bertumbuhlah dalam Firman Tuhan agar anak Anda dalam tuntunan Tuhan.
Oleh : PS. PHILIP MANTOFA
Dikutip dari : https://mynamedany87.wordpress.com/2013/05/12/seri-kotbah-membangun-generasi-yang-percaya-diri-1-ps-philip-mantofa/
