Kunci Sukses Samgar

0
3443

Ayat bacaan: Hakim Hakim 3:31
===================
“Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel.”

 

Ada sebuah data menarik dari Hollywood yang dirilis tahun 2008 mengenai jumlah lawan yang ditewaskan oleh aktor-aktor laga terkenal dalam film-film mereka. Beberapa yang tertinggi diantaranya Sylvester Stallone dengan jumlah 449 orang dalam 19 film, Chuck Norris 455 orang dalam 27 film, Arnold Schwarzenegger sebanyak 538 orang dalam 20 film dan Jean-Claude Van Damme dengan jumlah 328 orang dalam 26 film. Jumlah ini dihitung hanya sampai batas tahun 2007, sehingga jumlahnya sekarang tentu sudah bertambah lagi mengingat mereka masih aktif bermain film laga, bahkan yang terlaris saat ini seri The Expendables sudah memasuki jilid 3. Berbagai senjata mereka pergunakan dalam menumpas lawan-lawannya, seperti senapan, pistol, machine gun, pisau dan sebagainya. Beberapa aktor yang jago bela diri mungki menggunakan keahlian mereka tanpa mempergunakan senjata. Bicara soal senjata, ada seorang tokoh dalam Alkitab yang ternyata mampu menewaskan musuh dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari perolehan aktor laga di atas hanya dalam satu pertempuran. Berapa jumlahnya? Alkitab dengan jelas mencatat: 600 orang. Senjata yang digunakan bukan senjata api dan senjata tajam, melainkan tongkat penghalau lembu. Dia adalah Samgar.

Nama Samgar tidaklah seterkenal Daud atau tokoh-tokoh besar lainnya. Ini bisa dimaklumi karena namanya hanya disebut sebanyak dua kali di dalam Alkitab, yaitu pada pasal 3 dan dalam nyanyian Debora di pasal 5.  Kisah heroiknya bahkan hanya tertulis dalam satu ayat saja, yang saya jadikan sebagai ayat bacaan kita hari ini. “Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel.” (Hakim-Hakim 3:31). Dalam melawan jumlah sedemikian besar, Samgar hanya menggunakan satu tongkat penghalau lembu dan dengan itu ia berhasil menyelamatkan orang Israel. Ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa, yang akan sulit diulang oleh ahli bela diri terhebat sekalipun.

Sebelum kita lanjutkan, ada baiknya kita lihat terlebih dahulu latar belakang kisah ini. Tidak banyak yang bisa kita gali mengenai latar belakang Samgar selain merupakan putera dari Anat. Samgar hidup pada masa setelah Ehud yang sukses menundukkan bangsa Moab dan membuat Israel aman selama delapan puluh tahun. Lantas kondisi Israel di jaman Samgar bisa kita peroleh dalam kitab Hakim-Hakim pasal 5 lewat nyanyian Debora. Pada saat itu dikatakan bahwa keadaan Israel sangat senyap, sepi tanpa penghuni. Tidak ada pengembara yang lewat di tengah jalan karena mereka terpaksa menempuh jalan yang berbelit-belit. (Hakim Hakim 5:6-7). Bahkan  yang lebih parah dikatakan bahwa Israel saat itu mulai serong menyembah dewa. Akibatnya mereka kembali berada di ambang perang padahal tentara Israel yang jumlahnya 40.000 orang tidak satupun dilengkapi senjata dan perisai. (ay 8). Ini tentu situasi genting yang bisa menghancurkan Israel dalam sekejap mata. Bangsa Moab memang sudah dikalahkan oleh Ehud delapan puluh tahun sebelumnya, tetapi Israel punya banyak musuh, salah satunya adalah bangsa Filistin. Di saat genting itulah Samgar muncul untuk mengatasi situasi, menghalau dan menewaskan tidak kurang dari 600 tentara Filistin dengan hanya bersenjatakan tongkat penggiring lembu, sebuah tongkat yang biasa digunakan untuk memacu lembu membajak sawah.

Apa yang kita hadapi hari ini tentu bukan bangsa Filistin atau Moab. Kita tidak berada dalam keadaan perang, tidak ada negara yang tengah menginvasi kita secara fisik, tetapi kita menghadapi banyak pergumulan terhadap berbagai masalah dan godaan yang tentu saja menjadi peperangan tersendiri bagi kita. Ada kalanya situasi yang kita hadapi pun sangat sulit, sama sulitnya bagai menghadapi 600 tentara sekaligus sendirian sehingga kita merasa tidak mungkin bisa mengatasinya. Maka sangatlah perlu untuk belajar dari tokoh-tokoh terdahulu yang sukses mengatasi kemustahilan, termasuk lewat kisah Samgar ini. Ada tiga hal yang bisa kita pelajari sebagai kunci sukses Samgar. Mari kita lihat satu persatu.

  1. Tidak berpangku tangan/bersikap apatis

Samgar hidup pada masa dimana Israel tengah ‘berselingkuh’ dengan menyembah ilah-ilah lain. Akibatnya mereka pun mengalami masa gelap dimana dikatakan sepi tanpa penghuni. Mereka menghadapi bahaya serangan Filistin dalam kondisi tidak satupun dari puluhan ribu tentara yang memiliki baik senjata maupun perisai pelindung, belum lagi ancaman penjahat disekeliling mereka yang menyebabkan para pengembara lebih aman jika mengambil jalan berbelit dan memutar ketimbang memasuki wilayah mereka. Keadaan ini jelas ditulis dalam Hakim Hakim pasal 5 ayat ke 6 sampai 8. Samgar bisa saja diam, mengasihani diri dilahirkan pada masa seperti itu dan bersembunyi ketakutan. Dia bisa saja menyalahkan tentara-tentara Israel, dan itu rasanya wajar karena ia bukanlah termasuk prajurit. Atau dia bisa juga menunggu sampai ia bisa memiliki ribuan tentara untuk maju mempertahankan wilayahnya. Tapi Samgar tidak berpikir seperti itu. Ketimbang hanya diam bersikap apatis dan berpangku tangan, Samgar memutuskan untuk ambil bagian untuk melindungi bangsanya.

Daud melakukan hal yang sama. Jika Samgar berhadapan dengan 600 prajurit, Daud memang hanya menghadapi satu, tapi itu adalah raksasa yang berukuran jauh lebih besar dari manusia biasa dan dilengkapi dengan persenjataan dan perisai pelindung tubuh yang lengkap. Pada saat itu Daud masih sangat muda dan sehari-hari hanya bekerja sebagai gembala ternak ayahnya. Tetapi sama seperti Samgar, Daud tidak mau berpangku tangan dan bersikap apatis. Daud tidak menunggu sampai tentara Israel berani lalu ikut menyerang jauh dari belakang. Daud tidak menyingkir dan kembali menggembala ternak saja dan membiarkan intimidasi Goliat melemahkan tentara Israel berlarut-larut. Ia percaya sepenuhnya kepada Tuhan yang pasti mampu membawanya mengatasi raksasa seukuran Goliat. Jika Samgar menggunakan tongkat penggiring lembu dalam membajak sawah, Daud menggunakan umban, yaitu sejenis ketapel yang menggunakan batu yang dilontarkan sebagai senjata. Baik Daud maupun Samgar sukses menjungkirbalikkan logika pikir manusia. Mereka keluar sebagai pemenang melawan musuh yang di atas kertas mustahil untuk dikalahkan.

Ada banyak diantara kita yang bersikap apatis ketika menghadapi masalah. Kita cenderung menunggu agar situasi menjadi lebih baik sebelum kita mulai mengambil tindakan, dan ketika masalah tidak kunjung membaik atau malah memburuk, kita pun kecewa dan mulai menyalahkan banyak orang dan juga Tuhan. Benar, ada kalanya kita harus mengambil waktu untuk diam dan tenang untuk mendengar jawaban Tuhan atas permasalahan yang tengah kita hadapi, tapi itu pun merupakan sebuah tindakan yang tentu berbeda dengan bersikap apatis dan hanya menunggu karena ingin lari dari beban yang tengah menghimpit kita. Lari dari masalah tidak akan pernah membuat situasi menjadi lebih baik. Yang terjadi seringkali justru sebaliknya. Kita harus berani menghadapi, dan hadapilah bersama Tuhan. Anda tidak perlu ragu karena Tuhan sudah berjanji “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mazmur 23:4). Bahkan jika anda mengalami kelelahan baik secara tubuh, jiwa dan roh akibat himpitan beban berat, Yesus sudah berjanji untuk memberi kelegaan kepada kita seperti tertulis pada Matius 11:28. Dengan demikian tidak ada alasan bagi kita untuk takut menghadapi masalah, karena Tuhan akan selalu ada beserta kita, memberi pertolongan, memberi kekuatan, memberi jawaban dan memberi kelegaan.

Samgar tentu tahu betul bahwa ia merupakan bagian dari bangsanya. Jika bangsanya musnah, ia pun tentu akan turut menderita. Disamping itu, saya yakin Samgar pun tahu bahwa bukanlah kebetulan ia hidup pada masa itu. Tuhan pasti punya rencana bagi dirinya sehingga ia dilahirkan dan dibesarkan pada jaman yang berat. Hal yang sama pun berlaku bagi kita. Bukan kebetulan kita ada saat ini, di jaman ini dan di tempat dimana kita berada hari ini. Ada rencana Tuhan disana dan itu harus kita cari tahu dan jawab. Jika kita menunda atau hanya berdiam diri, rencana Tuhan itu tentu tidak akan bisa tergenapi. Oleh karena itu, bertindaklah sesuai dengan kehendakNya tanpa melanggar ketetapanNya. Samgar dan Daud melakukan itu dan berhasil pada masa itu, hal yang sama akan kita alami pula saat ini.

  1. Pergunakan apa yang ada

Samgar menggunakan tongkat penghalau/penggiring lembu. Tongkat ini bentuknya tipis panjang dengan ujung yang sedikit tajam dan satunya lagi tumpul. Tongkat ini biasanya dipakai untuk melecut lembu dalam membajak sawah, terkadang bisa pula digunakan untuk menebas lalang atau tanaman liar yang sekiranya menghalangi lembu berjalan atau menyulitkan tanaman untuk tumbuh. Dengan senjata seperti itu, bagaimana mungkin bisa mengalahkan 600 prajurit Filistin bersenjata lengkap? Itu logika sederhana yang tentu sangat masuk akal. Samgar tidak memiliki pedang atau panah. Ia tidak memiliki perisai pelindung. Tetapi Samgar tidak membutuhkan itu. Ia tahu bahwa bukan senjata yang penting melainkan penyertaan Tuhan atasnya.

Menggunakan apa yang ada, itu seringkali luput dari perhatian kita. Kita sering terlalu sibuk untuk mengeluh tentang apa yang tidak kita miliki ketimbang memeriksa apa yang saat ini ada pada kita. Musa pun pernah mengalami pemikiran seperti itu. Dalam kitab Keluaran 4, saat Musa pertama kali diutus Tuhan, ia menanggapi penugasan Tuhan dengan sikap keraguan yang manusiawi. “Lalu sahut Musa: “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?” (Keluaran 4:1). Tuhan merespon dengan menanyakan apa yang ada di tangan Musa, lalu Musa menjawab, “tongkat”. (ay 2). Lalu Tuhan menyuruh Musa untuk melemparkan tongkatnya dan seketika tongkat itu berubah menjadi ular. Ketika diambil, ular berubah kembali menjadi tongkat. Tongkat inilah yang kelak dipakai Tuhan untuk merubah air sungai Nil menjadi darah (Keluaran 7:17) dan tulah-tulah lainnya yang diturunkan Tuhan kepada bangsa Mesir pada waktu itu. Tongkat yang sama juga dipakai Tuhan untuk membelah Laut Teberau sehingga bangsa Israel bisa menyeberang dengan berjalan tepat ditengahnya. (Keluaran 14:15-31).

Tongkat Musa maupun tongkat pelecut lembu milik Samgar tampaknya tidak akan bisa berfungsi banyak, tetapi ditangan Tuhan itu bisa menjadi senjata yang punya kemampuan luar biasa. Hubungannya dengan kita, apakah kita sudah memeriksa apa yang ada pada kita, yang dapat kita gunakan untuk berhasil? Sudahkah kita memeriksa apa yang telah Tuhan sediakan sejak semula untuk membuat kita bisa menggapai mimpi dan harapan kita?  Adalah mudah bagi kita untuk mengeluh atas apa yang tidak ada pada kita. Tidak punya modal, tidak punya koneksi, tidak punya cukup ilmu atau kemampuan dan sebagainya. Kita kerap mencari pembenaran akan kondisi kita yang tidak maju-maju dengan mencari alasan-alasan yang sebenarnya tidak perlu. “Si A berhasil karena ia punya modal besar, karena orang tuanya kaya, karena ia punya banyak relasi, sedang saya tidak.” Kalimat seperti ini sering dijadikan alasan bagi banyak orang, padahal ada banyak orang yang mulai dari nol besar tapi bisa sukses luar biasa. Ada pula yang menyalahkan Tuhan dan berlindung dibalik kata takdir. “Ah, memang sudah takdir bahwa saya harus miskin.” Tidak, Tuhan tidak pernah merencanakan anak-anakNya untuk hidup susah. Kita bahkan dikatakan sebagai anak yang berhak menjadi ahli waris Kerajaan (“Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.” – Galatia 4:7). Kita sudah dikatakan untuk terus naik bukan turun, menjadi kepala dan bukan ekor selama kita mendengar perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia (Ulangan 28:13). Ada segudang janji berkat dari Tuhan untuk kita yang menunjukkan bahwa tidak ada satupun takdir yang buruk untuk kita ketika diciptakan.

Untuk bisa berhasil, baik berhasil keluar dari masalah maupun sukses dalam kehidupan, alangkah pentingnya untuk terlebih dahulu memeriksa apa yang kita punya dan kemudian mengasahnya lalu menggunakannya dengan baik. Ada banyak orang yang tidak mengetahui apa bakat yang ia miliki, apa kelebihannya dan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Oleh karena itu, periksalah, maksimalkan dan pergunakan. Samgar hanya memiliki tongkat penggiring lembu, Musa hanya memiliki sebilah tongkat untuk berjalan, tetapi di tangan Tuhan alat ini bisa menjadi senjata yang luar biasa hebatnya.

  1. Lakukan apa yang bisa anda lakukan saat ini

Apakah Samgar menewaskan 600 prajurit Filistin dalam sekali pukul atau dalam beberapa kesempatan terpisah? Itu tidak disebutkan di dalam Alkitab. Tetapi jumlah 600 hanya dengan menggunakan tongkat penggiring lembu tentu sudah merupakan hal yang ajaib, sehingga berapa kali ia bertempur hingga mencapai jumlah tersebut bukan masalah sama sekali.

Apa relevansinya bagi kita saat ini? Perhatikanlah reaksi banyak orang yang memilih untuk apatis atau berpangku tangan karena merasa kontribusi atau peran mereka tidak akan berpengaruh banyak. Seorang teman pernah berkata bahwa ia tidak perlu berbuat apa-apa karena toh negara ini sudah terlanjur rusak. “Apalah artinya satu orang dibanding ratusan juta lainnya? Misalkan saya membantu satu orang, itu tidak akan memberi perubahan yang signifikan.” katanya. Tapi itu tidaklah benar. Itu sangat keliru. Tuhan akan memperhitungkan dan menghargai apapun yang kita lakukan dalam namaNya, meski dalam ukuran dunia itu sangat kecil. Yesus berkata bahwa secangkir air sejuk untuk orang yang membutuhkan pun sudah mendapat jaminan upah dariNya. “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.” (Matius 10:42).

Atau anda merasa bahwa anda tidaklah layak atau sanggup melakukan sesuatu karena tidak memiliki kemampuan atau sumber daya apapun dalam diri anda. Tapi Tuhan sudah berkata bahwa “… apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti.” (1 Korintus 1:27-28). Tuhan tidak mencari orang-orang dengan kemampuan luar biasa, tetapi Tuhan mencari orang-orang yang dengan segala kerendahan hati mau untuk melakukan pekerjaan Tuhan di muka bumi ini. Kita bisa lihat profil orang-orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa dalam Alkitab, seperti gembala ternak, tukang kayu, pemungut cukai, nelayan, bahkan orang yang tadinya luar biasa jahat seperti Paulus bisa menjadi ujung tombaknya dalam menyebarkan Injil ke penjuru bumi. Dalam sejarah dunia kita pun mengenal banyak nama yang bukan berasal dari orang berpengaruh, kaya raya atau pintar orasi tetapi ternyata mampu membawa dampak besar bagi perdamaian dunia dengan segala kebaikan didalamnya hanya dengan menggunakan apa yang mereka miliki dan menjalani panggilan mereka dengan serius dan sungguh-sungguh.

Jadi, apa yang bisa dilakukan satu orang menghadapi dunia yang sudah jungkir balik tidak karuan seperti sekarang? Apa yang bisa anda perbuat? Kitab Hakim Hakim mengangkat nama Samgar sebagai bukti nyata. Signifikankah apa yang ia perbuat? Tentu saja. Bagi Tuhan itu berarti. Bagi keluarganya itu berarti. Bagi bangsanya itu berarti. Ia menyelamatkan bangsanya dengan menumpas 600 tentara Filistin seperti yang disebutkan dalam Hakim Hakim 3:31, sebuah aksi yang membuat namanya tercatat dengan tinta emas yang masih bisa kita baca sampai hari ini.

Anda merasa kecil dan tidak punya sesuatu yang bisa diandalkan? Jika anda masih berpikir seperti itu, sudahkah anda memeriksa apa yang ada pada anda dan mempergunakannya? Jangan lupa pula kepada efek multitude atau berantai, dimana satu-dua orang yang melakukan perubahan akan diikuti oleh yang lain dengan jumlah yang terus berlipat semakin banyak. Hal kecil yang anda lakukan hari ini
bisa membawa hasil luar biasa pada suatu saat kelak, dan itu juga akan membuat anda tidak kehilangan upah yang berasal daripadaNya. Jadi jelas, anda bisa, dan harus tampil sebagai agen-agen perubahan dimanapun anda berada saat ini. Itulah kewajiban yang diharuskan Tuhan bagi kita semua.

Renungan panjang tentang Samgar hendaknya membuka mata kita bahwa apa yang mustahil bagi dunia tidak akan pernah mustahil bagi Tuhan. Kita tidak boleh berpangku tangan atau bersikap apatis, menunda untuk mulai melakukan sesuatu dan mengabaikan apa yang menjadi rencana Tuhan atas diri kita. Kita harus memeriksa apa yang ada, mengasah itu hingga tajam dan mempergunakannya sebaik mungkin. We have to take some action today. Jangan tunda lagi. Samgar ada sebagai contoh nyata dari Tuhan untuk kita, ikuti langkahnya dan teladani.

Belajarlah dari Samgar akan banyak hal agar hidup kita bermakna baik bagi Tuhan dan sesame

 

Dikutip dari :

https://24hoursworship.com/kunci-sukses-samgar-1/

https://24hoursworship.com/kunci-sukses-samgar-2/

https://24hoursworship.com/kunci-sukses-samgar-3/

https://24hoursworship.com/kunci-sukses-samgar-4/

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here