Siapakah Aku

0
1195

Pendahuluan: Masa remaja adalah masa di mana krisis identitas sedang terjadi. Mereka mulai mempertanyakan banyak hal berkaitan dengan diri sendiri, misalnya siapakah aku? Milik siapakah aku ini? Mengapa aku harus ada di dunia saat ini? Untuk apa seseorang harus belajar di sekolah? Untuk apa seseorang berteman? dll..

Mereka mencari identitas itu dari lingkungan mereka. Konsepsi diri terbentuk tanpa ia sadari. Semua pertanyaan yang muncul dari alam bawah sadarnya, terbaur bersama semua persepsi yang diperoleh dalam lingkaran pergaulan dan kehidupannya sehari-hari. Apa yang dia dengar, apa yang dia baca dari wajah orang dan dari perbincangan orang mengenai dirinya, dijadikan cetak biru konsepsi identitas diri. Akibatnya, banyak remaja yang tidak dapat menerima keadaan diri mereka. Pergaulan mereka telah membentuk konsepsi identitas diri yang semu dan menyesatkan. Mereka diajar untuk lebih menghargai hal-hal yang lahiriah daripada batiniah. Konsep yang tertanam dalam diri mereka ialah bahwa kalau aku kaya, tampil menarik dan tidak cacat, maka aku adalah orang yang paling bahagia. Itu sebabnya, banyak ditemukan remaja yang tidak bisa menerima diri sendiri.

Segala cara dihalalkan semata-mata agar ada yang mengakui mereka kaya, menarik, pintar, baik, dan segala yang berkenaan dengan pujian yang membanggakan hatinya. Untuk dianggap “macho” misalnya, mereka berani merokok, minum pil BK, wiski, dll.. Ketidakjelasan akan identitas diri seorang remaja akan menyebabkan dia kehilangan arah hidup. Dia akan dengan mudah dipengaruhi lingkungannya.

Remaja perlu mengetahui tiga hal mengenai identitas dirinya.

  1. Remaja Adalah Makhluk Pembawa Gambar Allah

Dalam Kejadian 1:26 jelas dituliskan bahwa manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Apa maksudnya? Gambar dan rupa Allah menunjukkan kualitas/sifat-sifat yang dimiliki Allah, seperti kasih, pengampunan, rasional, bermoral, dll.. Gambar dan rupa ini merupakan letak salah satu perbedaan antara manusia dan binatang. Manusia memunyai kesadaran akan Allah, binatang tidak. Dalam sejarah tidak pernah ditemukan ada monyet yang bangun pagi-pagi dan langsung berdoa, pada hari Minggunya membawa Alkitab dan pergi ke gereja untuk beribadah.

Manusia memunyai hukum moral dalam hatinya, binatang tidak. Tidak pernah kita temukan ada singa yang merasa bersalah jika memakan anak, darah dagingnya sendiri karena lapar. Karena ada gambar dan rupa Allah dalam diri kita, maka setiap kali kita melakukan dosa (misalnya: menyontek, berbohong, mencuri, berjudi, dll.) hati kita menjadi gelisah. Ada suara hati yang tidak pernah berhenti menegur dan menuduh. Karena ada gambar dan rupa Allah, kita bisa berpikir dan berbuat yang terbaik bagi orang lain. Pembawa gambar Allah berarti utusan Allah. Tugasnya di bumi ini adalah melakukan apa yang Allah ingin dia lakukan. Allah ingin agar semua orang hidup di dalam damai. Remaja adalah makhluk pembawa gambar Allah.

Demikianlah mereka harus memancarkan sinar ilahi tersebut setiap harinya. Dia tidak boleh membiarkan dirinya dicemari oleh dosa. Dia harus sadar bahwa dirinya bukanlah hamba dosa, melainkan hamba/utusan Allah yang membawa damai dan bukan kekacauan. Gambar dan rupa Allah yang ada di dalam dirinya merupakan bukti dari utusan tersebut.

  1. Remaja Sebagai Makhluk Sosial

Dalam Kejadian 1:18, jelas tersirat bahwa manusia diciptakan tidak untuk sendirian. Ada dorongan dari dirinya untuk mengusir kesepian dan kesendirian. Adam tidak menemukan adanya penetralisir jiwanya yang sedang kesepian itu di antara binatang-binatang yang sudah Tuhan ciptakan. Sampai Tuhan memberi Hawa kepadanya, Adam baru menjadi tenang dan tidak gelisah lagi. Dalam bahasa Ibrani, Kejadian 2:23 jelas berisi ekspresi suara Adam yang kaget bercampur rasa senang. “Wow, ini dia yang selama ini saya cari.” Ekspresi itu menunjukkan bahwa Adam pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Dia tak dapat hidup sendirian tanpa orang lain. Dia butuh orang yang bisa diajak bekerja sama, bisa saling membagi ide dan gagasan bersama, bisa saling memerhatikan dan menegur.

Manusia pada hakikatnya tidak dapat hidup mandiri. Dia selalu membutuhkan orang lain dalam mewujudkan keinginannya. Semua remaja yang kurang suka bergaul patut diperhatikan, apakah ia memiliki gejala kurang sehat di dalam tahap perkembangannya. Masa remaja adalah masa di mana sahabat atau teman sebaya kadang lebih tinggi dari kepentingan pribadi. Solidaritas merupakan idealisme yang dijunjung tinggi. Demi solidaritas, mereka berani berbuat apa saja dari baku mulut sampai baku hantam. Tidak peduli siapa yang mereka hadapi, baik kepala keluarga (orang tua sendiri) maupun kepala sekolahnya. Solidaritas pada hakikatnya mulia sejauh itu bisa berjalan seiring dengan kehendak Allah (makhluk pembawa gambar Allah). Jika atas label solidaritas direncanakan perbuatan yang berkenaan dengan dosa dan segala macam rencana kejahatan, patutlah itu dihindari karena tidak sesuai dengan jati dirinya sebagai makhluk pembawa gambar Allah.

  1. Remaja Sebagai Makhluk yang Berkuasa Atas Alam (Kejadian 1:28)

Keistimewaan lain dari manusia adalah bahwa dia satu-satunya makhluk yang diciptakan dan diberi wewenang/mandat untuk menguasai, mengolah, dan mendayagunakan seluruh yang ada dalam dunia ini. Jadi, dunia diciptakan bukan hanya untuk memperlihatkan keagungan karya Tuhan yang ajaib saja, melainkan juga untuk kepentingan bersama. Tuhan berjerih lelah menciptakan bumi dan segala isinya, dan memerintahkan pohon- pohon untuk menghasilkan buah. Semuanya itu untuk manusia.

Kalau Tuhan sampai menciptakan bumi dan segala isinya dulu baru menciptakan manusia, tentu ada maksudnya. Coba bayangkan bagaimana kalau Tuhan menciptakan manusia dulu baru bumi dan segala isinya? Bingung, `kan? Bagaimana manusia bisa hidup tanpa ada makanan dan tempat tinggal? Jadi, sebenarnya puncak penciptaan tersebut ada pada manusia. Bumi diciptakan semata-mata untuk tempat tinggal manusia. Segala binatang, tumbuhan, dan alam semata-mata adalah untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan manusia.

Tuhan melihat bahwa manusia memunyai otak dan otot, sehingga bisa berkarya dan mengelola apa yang ada demi kebutuhannya bertahan hidup di bumi. Itulah sebabnya, Tuhan memberi wewenang kepada manusia untuk menaklukkan/menguasai alam dan segala isinya. Jadi, segala sesuatu yang ada di bumi ini ada di bawah kaki manusia, termasuk pohon, gunung, binatang, dll.. Nah, kalau ada orang yang masih (mau) menyembah pohon-pohon besar di belakang kebun, pergi ke Gunung Kawi untuk cari berkat, memahat patung berbentuk binatang untuk diberi sesajen, hal-hal itu menunjukkan bahwa ia tidak mengerti betapa istimewanya dia selaku manusia, bahkan dapat dikatakan dia telah membodohi dirinya sendiri.

Remaja banyak yang terjebak dalam okultisme. Banyak yang mencari dukun untuk sekadar bisa tampil berwibawa dan disegani banyak orang. Bermodalkan cincin dibangunlah kewibawaannya. Segala anjuran dan pantangan sang dukun, dia turuti. Padahal, tanpa ia sadari dia telah dibodohi dan diperalat Iblis: Makhluk hidup menjadi budak benda mati (cincin). Seharusnya, dia yang jadi majikan dan pepohonan/gunung itu yang jadi pelayannya. Sekarang malah terbalik, dia yang jadi pelayan, benda-benda mati yang jadi majikannya. Kalau Tuhan sudah memberi wewenang, berarti tidak ada lagi yang lebih berkuasa dari manusia di bumi ini. Itu berarti kita tidak perlu takut pada pohon-pohon atau daerah-daerah yang terkesan angker, tak perlu takut sama tempat-tempat gelap karena Tuhan telah memberi kuasa/wewenang. Kalau masih tetap takut, berarti kita ternyata lebih takut pada pohon ciptaan Tuhan daripada Tuhan sendiri (lebih taat pada pohon/pantangan dukun daripada pada Tuhan sendiri).

Kita perlu bersyukur kepada Tuhan atas kepercayaan yang begitu besar. Seluruh bumi dan segala isinya diserahkan Tuhan pada tangan kita. Ibarat seorang raja mewariskan seluruh wilayah kekuasaannya pada sang juru minum raja (dulu posisi ini adalah posisi/jabatan yang tinggi dalam suatu kerajaan). Tentu pertama-tama sikap sang juru minum raja adalah kaget setengah mati. Tetapi, setelah dia memangku jabatan menjadi penguasa, dia tak akan bertindak sewenang-wenang. Dia tahu pemberian ini adalah kepercayaan tuannya, dia akan berhati-hati dalam memerintah agar tuannya tak kecewa nantinya.

 

Dikutip dari : http://remaja.sabda.org/siapakah-aku-0

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here