PERCAYA DIRI VS MINDER

0
1304

Yeremia 1: 4 – 19

“Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda tetapi jadilah teladan bagi orang-orang percaya…” (I Timotius 4: 12)

 

Ada seorang gadis yang kecewa dengan dirinya sendiri karena tidak cantik. Ia putus asa dan malu apabila bertemu dengan teman-temannya yang cantik-cantik atau bertemu dengan teman-teman prianya. Tetapi ketika ia bertumbuh dewasa, sikapnya berubah. Ia bertekad pada dirinya sendiri, “Saya sadar bahwa wajah saya yang tidak cantik merupakan anugerah yang terselubung. Hal ini memaksa saya mengembangkan daya-daya dan kekuatan batin yang ada dalam diriku. Saya harus sadar bahwa seorang wanita yang tidak dapat mengandalkan kecantikannya, harus bekerja keras untuk mendapatkan keuntungan.” Gadis itu tidak lain adalah Golda Meir, yang kemudian menjadi Perdana Menteri wanita Israel. Ia tidak hanya menerima diri apa adanya melainkan juga berbahagia atas dirinya.

Salah satu “penyakit” yang sering melanda remaja adalah perasaan rendah diri atau minder. Seseorang dapat dikatakan mempunyai perasan rendah diri atau minder kalau dalam dirinya selalu timbul keragu-raguan yang terus-menerus mengenai dirinya sendiri, selalu merasa dirinya tidak mampu mengerjakan sesuatu padahal sebenarnya sanggup. Seseorang dapat mempunyai perasaan minder kalau selalu memusatkan perhatian pada kelemahan-kelemahan dirinya, membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain dan selalu merasa orang lain lebih dari dirinya, entah itu lebih pandai, lebih cantik, lebih tampan, lebih kaya dan sebagainya.

Ketika Tuhan memanggil Yeremia sebagai nabi, dia juga mempunyai perasaan rendah diri atau minder sehingga secara spontan ia menolak panggilan Tuhan. Yeremia merasa dirinya tidak mampu untuk menjalankan tugas sebagai nabi. Yeremia menilai dirinya sendiri tidak mempunyai persyaratan sebagai nabi, baik dari segi fisik, pengalaman maupun kemampuan. Rupanya Yermia kurang menghargai dirinya sendiri. Ia hanya memusatkan perhatian pada kelemahan-kelemahan dirinya dalam segi kemampuan dan fisiknya.

Tetapi Allah mengenal betul siapa Yeremia. Allah sangat menghargai diri Yeremia. Alah mau memakai Yeremia untuk melaksanakan tugas pengutusanNya sebagai nabi. Yeremia tidak boleh merasa ragu-ragu terhadap kemampuan dirinya karena Alah siap menolong dirinya mngatasi kelemahan yang ada dalam dirinya itu.  Yeremia tidak boleh merasa ragu-ragu terhadap dirinya karena kemampuannya sebagai nabi tidak dapat dinilai dari keadan fisiknya dan umurnya saja.

Allah memperlihatkan kepada Yeremia pertolonganNya untuk mengatasi kelemahan Yeremia karena ketidak percayan dirinya (ayat 9), Allah juga menghargai diri Yeremia dan memberikan kepercayaan besar dengan mengangkatnya sebagai nabi atas segala bangsa-bangsa dan kerajaan (ayat 10); serta Allah juga berjanji akan selalu menolong dan menyertai dalam melaksanakan tugasnya sebagai nabi (ayat 18-19).

Setelah mendapatkan janji pertolongan dari Tuhan maka Yeremia mau menerima tugas panggilan sebagai nabi dengan kepercayaan diri yang kuat. Ia berani tampil dan siap menghadapi keadaan apa saja dalam rangka melaksanakan tugas panggilannya sebagai nabi.

Sebagai manusia sering kali kita bersikap rendah diri atau minder. Aplagi dalam usia remaja perasaan minder atau rendah diri itu sering muncul dan menguasai seorang remaja. Mungkin karena ia kurang pandai, kurang cantik, kurang tampan, kurang tinggi dan lain sebagainya.

Agar kita dapat mengatasi perasaan minder atau rendah diri yang ada dalam diri kita maka ada beberapa hal yang perlu ada dalam diri kita, yaitu:

  • Perasaan minder itu sedikit demi sedikit perlu dihilangkan agar hidup kita lebih bahagia dan berguna bagi sesama. Bagaimana mungkin kita dapat merasa bahagia dan berguna bagi sesama dalam hidup kalau kita selalu merasa tidak mampu melakukan apa-apa dan selalu melihat kekurangan diri kita.
  • Ingatlah! Perasan minder bukanlah pembawaan sejak lahir. Perasaan  ini ada karena terlalu memusatkan perhatian kepada klemahan-kelemahan diri kita. Memang tidak ada orang yang sempurna. Tetapi juga tidak ada orang yang tidak mempunyai kelebihan yang dapat dibanggakan. Oleh sebab itu, kita perlu mengenali apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan diri kita baik secara pribadi maupun dengan bantuan orang lain, seperti teman, guru atau orangtua.
  • Setelah kita mengenal diri kita dengan segala kekuatan dan kelemahan yang kita miliki, maka kita perlu menerima diri. Menerima diri berarti kita menghargai diri sebagaimana Tuhan juga telah menghargai kita. Allah mempunyai rencana dan tugas khusus yang berbeda-beda pada setiap kita pada saat Tuhan menjadikan kita. Oleh sebab itu, kita harus selalu berusaha memperbaiki, mengembangkan dan menyempurnakan diri kita.
  • Setiap ada kesempatan janganlah takut untuk mencoba memperbaiki, mengembangkan dan menyempurnakan diri. Hal ini memang bukan hal yang mudah, tetapi Tuhan pasti bersedia menolong dan memberikan kekuatan kepada kita melalui doa kita kepadaNya.
  • Apabila kita mempunyai rasa percaya diri, maka kita akan lebih bahagia karena mampu mengembangkan hubungan yang baik dengan orang lain sehingga hidup kita berguna bagi Tuhan dan sesama. Selain itu, apabila keyakinan diri kita bertambah maka kemampuan kita juga bertambah.

Tuhan menginginkan kita agar menjadi orang yang mempunyai rasa perca diri yang kuat. Oleh sebab itu, jadilah remaja-remaja kristen yang percaya diri (atau PD) atau “PD aja lagi.” Sebab remaja kristen yang seperti ini yang akan mampu berbuat sesuatu bagi dirinya sendiri, gereja dan sesama. Dan remaja seperti ini juga yang siap menjadi terang Kristus dimana pun ia berada. Amin.

Have a blessed Sunday,

Oleh : Pdt. Jotje Hanri Karuh

Dikutip dari : https://blessedday4us.wordpress.com/2010/05/11/percaya-diri-vs-minder/

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here